Publisher
الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 1-3)
Demikianlah sunnatulloh, Allah Subhanahu wa Ta'ala benar-benar akan memisahkan diantara hamba-hamba-Nya yang jujur dan hamba-hamba-Nya yang dusta.
Islam mengajarkan kejujuran dan memerintahkan kita bersama dengan orang orang yang jujur. Alloh ta’ala berfirman memanggil orang-orang yang beriman dengan perintah ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah:119)
Sebagaimana agama yang mulia memerintahkan kejujuran, agama ini juga memerangi kedustaan, memperingatkan manusia dari berbagai macam kedustaan, melaknat para pendusta dan memperingatkan kita dari jalannya para pendusta. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang orang-orang yang mendustakan berita dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
فَمَنْ حَآجَّكَ فِيهِ مِن بَعْدِ مَا جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْاْ نَدْعُ أَبْنَاءنَا وَأَبْنَاءكُمْ وَنِسَاءنَا وَنِسَاءكُمْ وَأَنفُسَنَا وأَنفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَل لَّعْنَة اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ
“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS. Ali Imran: 61)
Kejujuran mengantarkan kepada Surga, Kedustaan mengantarkan kepada Neraka
Kejujuran dan kedustaan bukan perkara sepele. Keduanya adalah perkara besar, jujur dan dusta adalah sebab masuknya seorang ke dalam Jannah atau An-Nar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar". (QS. Al-Maidah : 119)
Seorang yang selama hidupnya terus berusaha menjaga lisannya dari kedustaan, berusaha untuk selalu benar dan jujur dalam berbicara, benar dalam beriman, lisan mengatakan beriman sebagaimana hati juga mengatakan beriman, dengan izin Allah hidupnya akan ditutup dengan kebaikan, dicatat di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai orang yang benar dan masuk ke dalam jannah.
Sebaliknya seorang yang berdusta, dan membiasakan kedustaan dalam hidupnya, sangat dikhawatirkan Allah Ta’ala akan mencatat dia dan menutup kehidupannya sebagai seorang pendusta, dan akhir kehidupannya adalah akhir yang buruk.
Wal ‘iyadzubillah.
عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا وَعَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
“Dari Abu Wail dari Abdullah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Tinggalkanlah kedustaan, karena dusta mengantarkan kepada kefajiran dan sungguh kefajiran mengantarkan kepada neraka. Tidaklah seorang berdusta dan selalu berdusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. Dan wajib atas kalian jujur, karena kejujuran mengantarkan kepada perbuatan baik, dan perbuatan baik mengantarkan kepada surga, sungguh seorang selalu jujur dan berusaha menetapi kejujuran hingga di catat di sisi Allah sebagai seorang yang shiddiq.(HR. Abu Dawud)
Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu 'anhu berkhutbah dan teringat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau menangis, kemudian beliau menyampaikan sabda Nabi:
عليكم بالصدق فإنه يهدي إلى البر و هما في الجنة و إياكم و الكذب فإنه يهدي إلى الفجور و هما في النار و سلوا الله اليقين و المعافاة فإن الناس لم يعطوا شيئا أفضل من المعافاة أو قال : العافية و لا تحاسدوا و لا تباغضوا و لا تقاطعوا و لا تدابروا كونوا عباد الله إخوانا
“Tetapilah kejujuran, karena kejujuran mengantar kepada kebaikan dan keduanya (kejujuran dan kebaikan) di dalam Jannah. Tinggalkanlah dusta karena dusta mengantar kepada kefajiran, dan keduanya (dusta dan kefajiran) di dalam neraka, mohonlah kepada Allah keyakinan dan keselamatan, sungguh tidak ada pemberian dari Allah kepada manusia yang lebih utama daripada keselamatan (kesehatan), Janganlah kalian saling hasad, jangan pula saling membenci, jangan pula saling memutuskan hubungan rahim jangan saling membelakangi, jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara (HR. Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman no. 4783)
Sungguh seandainya tidak ada akibat buruk dari dusta kecuali menjadi sebab seorang dicatat di sisi Allah sebagai pendusta dan sebab yang mengantarkan dia dalam neraka, balasan ini cukup sebagai dalil betapa kejinya dan besarnya kedustaan.
Dusta Sifat Kaum Munafiq
Diantara kejelekan dusta, dusta adalah sifat orang-orang munafiq. Allah Subhanahu wa Ta'ala mempersaksikan bahwa orang-orang munafiq benar-benar para pendusta, Alloh Ta’ala berfirman:إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS. Al-Munafiqun:1)
Shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang sifat-sifat munafiq. Beliau bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda seorang munafiq ada tiga, jika ia berbicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah mengkhianati.”
Dalil-dalil diatas tentu menunjukkan betapa besarnya kedustaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Haram berdusta walaupun bercanda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendidik umat ini untuk jujur dan menjauhkan diri dari kedustaan, walaupun bercanda, walaupun kepada anak kecil. Shahabat Abdullah bin ‘amir bin Rabi’ah Al-’Adawi radhiallohu ’anhu bercerita:دَعَتْنِي أُمِّي يَوْمًا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ فِي بَيْتِنَا فَقَالَتْ هَا تَعَالَ أُعْطِيكَ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا أَرَدْتِ أَنْ تُعْطِيهِ قَالَتْ أُعْطِيهِ تَمْرًا فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ لَمْ تُعْطِهِ شَيْئًا كُتِبَتْ عَلَيْكِ كِذْبَةٌ
"Suatu hari ibuku memanggilku, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk di rumah kami. Ibuku berkata, “Kesini nak, ibu akan memberimu sesuatu.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bertanya pada ibuku, “Apa yang akan kau berikan padanya ?” Ibuku menjawab, “Aku akan memberinya kurma.” Lalu beliau berkata pada ibuku, “Seandainya engkau tidak memberinya sesuatu, niscaya dicatat atasmu sebuah kedustaan.”
Allahu akbar. Betapa indahnya kisah ini, kisah ini mengingatkan kebiasaan sebagian kita yang membohongi anak-anaknya ketika memerintahkan atau melarang sesuatu. Diam nak, ada orang gila ! padahal tidak ada orang gila. Ayo belajar nak, kalau tidak nanti ada macan ke sini ! atau hal-hal yang oleh kebanyakan orang tua dianggap biasa. Ternyata islam tidak menganggapnya biasa, islam mengajarkan umat ini untuk jujur dalam berbicara dan menjauhkan diri dari kedustaan meskipun maksudnya sekedar bergurau dan bercanda, kedustaan tetap haram.
Dalam sebuah kesempatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengancam orang yang berdusta dalam candanya, beliau bersabda:
وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Binasalah orang yang berbicara untuk membuat orang-orang tertawa dengan ucapannya, lalu dia berdusta. Binasalah dia, binasalah dia!”
Bercanda bukan perkara yang harom jika dilakukan sesuai adab-adab yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, diantaranya tidak mengandung kedustaan.
Rasulullah sendiri terkadang bercanda. Namun canda beliau tidak pernah lepas dari kebenaran. Para shahabat bertanya:
قالوا : يا رسول الله ، إنك تداعبنا . قال : إني لا أقول إلا حقاً
“Ya Rasulullah, engkau bersenda gurau dengan kami?” Beliau bersabda, “Ya, (aku bersenda gurau dengan kalian). Hanya saja, aku tidak pernah berkata selain yang benar.” (HR. at-Tirmidzi dalam asy-Syama’il no. 202 dari hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, disahihkan oleh al-Albani)
Shahabat Anas bin Malik radhiallahu 'anhu mengisahkan: Suatu saat seorang sahabat datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminta hewan tunggangan. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إني حاملك على ولد الناقة
“Kalau begitu sungguh aku akan naikkan engkau pada seekor anak unta!”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bermaksud memberikan unta yang kuat, tetapi Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bahasakan dengan “anak unta” hingga sahabat ini menyangka bahwa “anak unta” yang beliau maksud adalah unta kecil yang tidak memiliki kekuatan. Demikianlah Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bergurau. Laki-laki ini pun berkata,
يا رسول الله ، ما أصنع بولد الناقة ؟
“Wahai Rasulullah, apa yang bisa kuperbuat dengan anak unta itu?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
وهل تلد الإبل إلا النوق
“Bukankah semua unta (perkasa) adalah anak (dilahirkan) dari seekor unta betina?” (HR. al-Bukhari)
Subhanallah. Lihatlah gurauan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyejukkan dan jauh dari kedustaan.
Begitu mulianya kejujuran dan betapa indahnya jiwa seseorang ketika diselamatkan dari dusta. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjamin surga bagi yang menjaga dirinya untuk tidak berdusta walaupun dalam senda-gurau.
عن أبي أمامة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : أنا زعيم ببيت في ربض الجنة ، لمن ترك المراء وإن كان محقاً ، وببيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحاً ، وببيت في أعلى الجنة لمن حسن خلقه
Dari Abu Umamah, Rasulullah bersabda: “Aku menjamin rumah di pinggir surga bagi yang meninggalkan perdebatan meskipun mampu, dan surga di tengah surga bagi yang meninggalkan dusta meskipun senda gurau, dan surga yang atas bagi yang baik akhlaknya.”
Termasuk kedustaan yang diperingatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah berdusta mengabarkan melihat sesuatu dalam mimpi padahal dia tidak bermimpi.
مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ ، كُلِّفَ أنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْن وَلَنْ يَفْعَلَ ، وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَديثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ ، صُبَّ في أُذُنَيْهِ الآنُكُ يَوْمَ القِيَامَةِ ، وَمَنْ صَوَّرَ صُورَةً عُذِّبَ وَكُلِّفَ أنْ يَنْفُخَ فِيهَا الرُّوحَ وَلَيْسَ بنافِخٍ
"Barangsiapa mengaku bermimpi dengan sesuatu yang tidak pernah dimimpikannya niscaya dia akan dibebani untuk mengikat diantara dua biji gandum, dan ia tidak akan mampu melakukannya. Barangsiapa mendengar pembicaraan suatu kaum padahal mereka membenci (untuk didengar) niscaya akan dituangkan cairan timah mendidih dalam kedua telinganya kelak pada hari kiamat, dan barangsiapa menggambar gambar (makhluk hidup) dia akan disiksa dan diperintahkan untuk meniupkan roh pada gambar yang dia buat padahal dia bukan peniup roh." (HR. Al-Bukhori dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma).
Lebih besar dari yang telah kita sebutkan adalah berdusta atas nama Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam.
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ متعمدا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya di neraka.
Sumber: https://t.me/Tasjilat_Al_Faruq/460
Disunting tanpa mengurangi maknanya.
Gambar dari publisher telegraph.