Silsilatushsholihin.com


Buletin Al Wala wal Baro Bandung Edisi 21 tahun ke 13 1434 H/ 26 April 2013
Oleh: Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Hafizhohulloh


Telah diketahui secara pasti dari ajaran islam, tidak ada agama kecuali dengan adanya komunitas, tidak ada komunitas kecuali dengan adanya pemimpin, tidak ada pemimpin kecuali dengan adanya sikap menta'ati dan mendengar.

▪ Keluar dari keta'atan terhadap pemerintah dan membelot adalah sebab terbesar rusaknya Negara dan manusia serta melencengnya dari jalan petunjuk.

✔Al Hasan Al Bashri Rohimahulloh menyatakan, Demi Allah Ta'ala, agama tidak akan lurus kecuali dengan adanya pemerintah meskipun jahat dan zholim.

✔ Demi Allah kebaikan yang Allah Ta'ala berikan dengan adanya mereka (Pemerintah) jauh lebih banyak dibandingkan dengan apa yang mereka rusak (As Sunnah Fima Yata'allaq Bi Waliyyim Ummah).

▪ Oleh karena itu, demi menjaga keutuhan hubungan komunitas manusia dengan pemimpinnya, syariat telah menjelaskan tentang tugas dan kewajiban rakyat terhadap pemerintahnya, sehingga terjalinlah ta'awwun (Kerjasama) yang baik antara keduanya diatas kebajikan dan takwa.

Allah Ta'ala berfirman: Dan tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan permusuhan dan dosa (Al Maidah: 2).

▪ Diantara kewajiban yang harus ditunaikan dengan Baik oleh rakyat.

1. Ikhlas dan Mendo'akan.

Inilah kewajiban yang pertama yang dipikul oleh rakyat, yaitu ikhlas menyukai segala kebaikan untuk mereka dan membenci segala kejelekan untuk mereka serta tidak lupa untuk mendoakan kebaikan dan Taufiq, karena kebaikannya adalah berarti kebaikan Rakyat.

✔ Al Imam Fudhoil bin Iyadh Rohimahulloh menyatakan, Seandainya aku mendapat bagian harta dari Baitul Mal, aku akan mengambilnya lalu aku gunakan untuk membuat makanan. Lalu aku undang orang-orang yang sholeh dan terpandang. Setelah selesai, akan kukatakan kepada mereka, mari kita berdoa kepada Robb kita agar memberi Taufiq kepada pemimpin kita dan seluruh pihak yang mengatur urusan urusan kita (Sirajul Muluk).

▪ Kewajiban Rakyat adalah mendoakan pemerintah, walaupun jahat dan zholim sekalipun, bukan memberontaknya.

✔ Al Imam Al Barbahari Rohimahulloh menegaskan, Apabila anda melihat ada orang yang mengajak melakukan pemberontakan kepada pemerintah, ketahuilah bahwa ia adalah peengikut Hawa nafsu.

Kalau Anda mendengar ada orang yang mendoakan pemerintah ketahuilah bahwa dia pengikut Sunnah, In syaa Allah. (Syarhussunnah).

2. Menghormati dan Memuliakan.

_Syariat telah mewajibkan atas umat untuk memuliakan dan menghormati Umaro Dalam waktu yang bersamaan syariat juga melarang dari mencela, merendahkan, dan menghina mereka. Semua itu agar kewibawaan dan Kharisma Umaro tetap terjaga dimata Rakyat, sehingga terciptalah Keharmonisan dan Kemashlahatan dalam segala hal. Sehubungan dengan Hal itu,_

✔ Al Imam Sahl bin Abdullah At Tustari Rohimahulloh berkata, Manusia akan tetap baik (Keadaannya) selama mereka memuliakan pemerintah dan ulama. Jika mereka memuliakan keduanya, Maka Allah Ta'ala akan memperbaiki keadaan Dunia-Akhiratnya. Sebaliknya, jika mereka meremehkan keduanya, maka Allah Ta'ala akan merusak dunia dan akheratnya (As Sunnah lil Imam Al Khollal).

✔ Diriwayatkan dari Sahabat Abu Musa Rodhiyallohu 'anhu, Termasuk mengangunggkan Allah Ta'ala, Memuliakan orang tua Muslim, penghapal Al Qur'an dan pemerintahan yang adil (Riwayat Abu Dawud).

✔ Asy Syaikh Abdurrahman As Sa'di Rohimahulloh menjelaskan, Termasuk mengangungkan Allah Ta'ala adalah memuliakan pemerintah yang adil, siapa yang melakukannya, maka akan masuk dalam salah satu tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah Ta'ala dihari yang tidak ada naungan-Nya (Nurul Bashair wal Albab).

3. Mendengar dan Taat.

_Mendengar dan Taat adalah kewajiban Rakyat yang paling besar terhadap pemerintahnya, karena ketaatan merupakan landasan dan kunci berjalannya semua urusan negara dan masyarakat, kunci terwujudnya program, serta kunci tercapainya tujuan yang berkaitan dengan Agama dan Dunia. Pemerintah memiliki wewenang untuk memerintah dan melarang. Hal itu tidak mungkim terealisasi kecuali dengan adanya sikap mendengar dan taat dari pihak rakyat._

✔ Untuk itulah, sahabat Umar bin Al Khoththob Rodhiyallohu 'anhu mengatakan, Tidak ada islam tanpa ada jama'ah (Komunitas), tidak ada Jama'ah tanpa ada pemimpin, dan tidak ada pemimpin tanpa ada keta'atan. (Jami' Bayanil 'ilmi wa Fadhil).

Allah Ta'ala berfirman, Wahai orang orang yang beriman, ta'atilah Allah dan Ta'atilah Rosul (Muhammad), dan ulil amri diantara kalian. (An Nisa: 59).

✔ Asy Syaikh bin Baz Rohimahulloh mengatakan, Ayat ini adalah Nash (Dalil) tentang wajibnya taat kepada ulil amri yaitu umaro dan ulama.

Hadits-Hadits Shohih dari Rosululloh 'alaihissalam telah menerangkan bahwa ketaatan ini adalah sesuatu yang harus, bahkan wajib, dalam perkara ma'ruf.

Adapun keluar dari ketaatan terhadap umaro dan membelot dengan mengadakan penyerangan atau selainnya, itu adalah bentuk kemaksiatan dan penentangan terhadap Allah ta'ala dan Rasul-Nya serta penyelisihan Terhadap Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah dan Salaful Ummah. (Nasihah Muhimmah).

✔ Ibnu Rojab Al Hanbali Rohimahulloh menegaskan, Mendengarkan dan Taat kepada pemerintah muslimin melahirkan kebaikan didunia dan kemashlahatan manusia dalam kehidupannya. Bahkan itu dapat membantu mereka menampakkan agama dan ketaatan kepada Robbnya. (Jami'ul Ulum Wal Hikam).

4. Menyampaikan Nasihat dan mengingatkan.

_Pemerintah bukanlah pihak yang ma'shum Alias terjaga dari melakukan kesalahan. Mereka pada dasarnya adalah manusia biasa, kadang berbuat benar dan kadang berbuat yang salah. Maka dari itu, sampai kapanpun, mereka membutuhkan nasihat dan arahan arahan yang baik. Menyampaikan nasihat kepada mereka dengan benar adalah bagian dari pilar Islam dan petunjuk orang orang saleh terdahulu._

✔ Rasululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam bersabda, Agama adalah Nasihat, kami bertanya (Kata para sahabat), untuk siapa? Beliau menjawab Untuk Allah, Rasul Nya, kitab Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan untuk kaum muslimin pada umumnya.(HR. Muslim).

✔ Ibnu Rajab Al Hanbali Rohimahulloh berkata, Nasehat untuk para pemimpin kaum muslimin berarti menginginkan kebaikannya, kelurusannya, dan keadilannya, serta menginginkan agar umat bersatu dibawahnya dan membenci perpecahan. Kemudian juga memuliakannya dan membantunya dalam kebenaran serta mengingatkannya dengan baik dan lembut, mengubur keinginan untuk menggulingkannya dan justru mendoakannya dengan taufiq dan kebaikan (Jami'ul Ulum Wal Hikam).

✔ Asy Abdurrahman as Sa'di Rohimahulloh menjelaskan, para pemimpin kaum muslimin adalah pemerintah mereka dari yang paling tinggi jabatannya hingga paling bawah. Karena kewajiban yang mereka pikul itu lebih berat dibandingkan dengan yang lain, wajib menasehatinya sesuai dengan kedudukan dan jabatannya. Nasihat itu diantaranya adalah mengakui kepemimpinannya dan pemerintahnnya, wajib menaatinya dalam hal yang baik dan mendorong rakyat kepada hal itu, menunaikan segala perintahnya yang tidak menyelisihi perintah Allah ta'ala dan Rasul-Nya. Kemudian mendoakan mereka dengan kebaikan dan taufiq, tidak mencelanya, atau menyebarakan kejelekan-kejelekannya, karena hal itu akan menimbulkan kerusakan yang besar. Siapa saja yang melihat diantara mereka ada yang melakukan sesuatu yang tidak baik, hendaknya segera untuk mengingatkannya secara sembunyi-sembunyi, tidak terang-terangan, dengan lemah-lembut dan bahasa yang mengena sesuai keadaan. Inilah yang harus ditempuh dan diberlakukan kepada setiap orang, terkhusus pemerintah. Sebab, mengingatkan pemerintah itu memiliki kebaikan sekaligus menjadi bukti kejujuran dan keikhlasan.

5. Membela dan Membantu.

_Kewajiban rakyat berikutnya terhadap pemerintah ialah membela dan membantu, dalam artian bekerja sama dengan pemerintah dalam mewujudkan kemajuan disegala bidang, baik yang bersifat eksternal seperti berjihad melawan musuh dengan harta dan jiwa, atau yang sifatnya internal seperti mengembangkan perindustrian, pertanian, memperbaiki moral, akhlak, dan lain-lain._

Wajib bagi rakyat untuk memberikan pembelaan terhadap pemerintahnya, ketika ada sebagian pihak yang melanggar hak-haknya seperti ketika ada pihak yang ingin memberontaknya dan melepaskan ketaatan kepadanya, membelanya berati membela kaum muslimin dan menjaga kehormatan agama (Fiqh Siyasah As Syar'iyah) Nabi Shollallohu 'Alaihi Wasallam Bersabda, Siapa yang datang kepada kalian sedangkan pengaturan urusan kalian ada dibawah seseorang yang menjadi pemimpin kalian dan dia datang hendak memecah-belah kesatuan kalian maka penggalah lehernya (Perangilah). (HR: Muslim).

✔ Al Imam Nawawi Rohimahulloh menjelaskan, dalam hadits ini, ada perintah untuk memerangi pihak yang hendak memberontak kepada pemerintah dan mencegah pihak yang hendak memecah belah kesatuan kaum muslimin. Namun, jika tidak jera, hendaknya diperangi saja. (Syarah Shahih Muslim). tentunya atas perintah dari pemerintahan yang sah, bukan dengan main hakim sendiri sendiri.

Taat kepada pemerintah Bagian dari Taat kepada Nabi Shollallohu 'Alaihi wasallam.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairoh Rodhiyallohu 'anhu, dari Nabi, beliau bersabda,

*من أطاعني فقد أطاع اللّٰه ومن عصاني فقد عصى اللّٰه ومن أطاع أميري فقد أطاعني ومن يعص أميري فقد عصاني*

_Siapa yang taat kepadaku, berarti ia taat kepada Allah ta'ala, siapa yang bermaksiat kepadaku, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah ta'ala. Siapa yang taat kepada pemimpin, berarti dia taat kepadaku. Siapa yang bermaksiat kepada pemimpin, berarti dia telah bermaksiat kepadaku (HR: Al Bukhari dan Muslim)._

▪ Wasiat Nabi Shollallohu 'Alaihi Wasallam Agar Mendengar dan Taat.

✔ Nabi Shollallohu 'Alaihi Wasallam telah menjadikan sikap mendengar dan taat kepada pemerintah sebagai dari wasiatnya.

Al Imam Ad Darimi Rohimahulloh meriwayatkan sebuah Hadits dalam Sunannya dari sahabat Irbadh bin Saariyah Rodhiyallohu 'anhu beliau berkata Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam menyampaikan wejangan yang sangat menyentuh kami sampai membuat air mata kami bercucuran dan hati kami bergetar, Ada seseorang diantara kami bertanya,

*يا رسول اللّٰه كأنها موعظة مودع فأوصنا. فقال: أوصيكم بتقوى اللّٰه عز وجل والسمع و الطاعة وإن تأمر عليكم عبد حبشي*

_Wahai Rosululloh sepertinya ini menjadi wejangan perpisahan. Berilah kami wasiat, Rosululloh Shollallohu ' Alaihi Wasallam kemudian bersabda, Kuwasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat kepada pemimpin kalian walaupun dia seorang hamba sahaya dari habasyah._

▪ Perintah untuk mendengar dan taat dalam setiap keadaan.

_Nabi telah memerintahkan untuk tetap mendengar dan taat kepada pemerintah dalam setiap keadaan beliau bersabda, Hendaknya engkau mendengar dan taat kepada pemimpin dalam keadaan susah ataupun senang, dalam keadaan rela ataupun terpaksa, bahkan sekalipun dalam keadaan dia bertindak sewenang-wenang terhadap kalian, (HR. Muslim dari Sahabat Abu Hurairoh Rodhiyallohu 'anhu)._

▪ Tidak ada sikap mendengar dan taat dalam kemaksiatan.

_Nabi Shollallohu 'Alaihi Wasallam Menerangkan Bahwa seorang muslim wajib mendengar dan taat kepada pemerintah selama tidak memerintahkan kemaksiatan. Jika memerintahkan kemaksiatan, dia tidak boleh mendengar dan taat dalam kemaksiatan tersebut secara khusus. Adapun perintahnya yang lain tetap harus didengar dan diataati. Diriwayatkan Al Imam Al Bukhari Rohimahullah dalam Shohihnya, Nabi Shollallohu 'Alaihi Wasallam Bersabda, Mendengar dan taat kepada pemimpin menjadi kewajiban atas seorang muslim, Dalam hal yang disenangi ataupun dibenci, selama pemerintah itu tidak menyuruh kepada kemaksiatan. Namun, jika menyuruh kepada kemaksiatan, tidak ada sikap mendengar dan taat. (HR. Al Bukhori)._

✔ Asy Syaikh Ibnu Utsaimin Rohimahulloh mengemukakan, ketika penguasa memerintahkan sesuatu, perintahnya tidak lepas dari tiga keadaan:

1. Perintahnya termasuk apa yang telah diperintahkan oleh Allah Ta'ala.

▪ Dalam keadaan ini, wajib bagi kita untuk melaksanakannya karena hal itu perintah Allah Ta'ala, andai mereka mengatakan, TEGAKKAN SHOLAT ! Kita wajib menegakkannya sebagai realisasi dari perintah Allah Ta'ala kemudian perintahnya.

Allah ta'ala berfirman, Wahai orang orang yang beriman Ta'atilah Allah, taatilah Rasul (Muhammad) dan taatilah ulil amri diantara Kalian. (An Nisa: 59).

2. Mereka memerintahkan sesuatu yang dilarang oleh Allah Ta'ala.

▪ Dalam keadaan ini, kita katakan, kami akan mendengar dan taat kepada Allah ta'ala dan bermaksiat kepada kalian karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada sang khalik, Misalnya, mereka mengatakan, KALIAN TIDAK BOLEH SHOLAT BERJAMA'AH DIMASJID ! kita katakan, tidak ada sikap mendengar, tidak pula ketaatan.

3. Mereka memerintahkan sesuatu yang tidak ada perintah Allah ta'ala dan Rasul-Nya, tidak pula ada larangannya.

▪ Dalam keadaan ini, yang wajib ialah mendengar dan taat. Menaatinya bukan karena mereka adalah si ini dan si itu, tetapi karena Allah ta'ala telah memerintahkan kita untuk menaatinya dan karena Rasululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam telah memerintahkan kita, Beliau Shollallohu 'Alaihi Wasallam bersabda, dengar dan taatlah, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu dirampas. Bahkan, ketika beliau ditanya tentang pemerintah yang merampas hak rakyatnya dan bertindak zalim, beliau Shollallohu 'Alaihi Wassalam bersabda, Atas mereka apa yang telah dipikulnya (Dosa) dan bagi kalian apa yang telah kalian pikul (pahala). Kita memikul kewajiban untuk mendengar dan taat. (transkrip ceramah Asy Syaikh Ibnu Utsaimin yang berjudul Tha'atu wulatil Umur)._

Selesai.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

_Sumber, Buletin Al Wala wal Baro Bandung Edisi 21 tahun ke 13 1434 H/ 26 April 2013. Oleh Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Hafizhohullohu_

klik join ⬇

🌍 http://bit.ly/FadhlulIslam

🌐 salafymedia.com

*Publikasi:*

_Bandung 15 Rabi'ul Awal 1437H/27 Desember 2015_

*📚 WA Fadhlul Islam Bandung*

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Sumber: Dirangkum dari beberapa bagian;

https://t.me/Fadhlulislam/3056

https://t.me/Fadhlulislam/3057

https://t.me/Fadhlulislam/3058

https://t.me/Fadhlulislam/3059

https://t.me/Fadhlulislam/3060

Disunting tanpa mengurangi maknanya.

Gambar dari publisher telegraph.

Radio Islam